Guru Perintis

Guru Perintis

Jumat, 07 Februari 2014

PENERBANGAN GURU PERINTIS MENUJU ILAGA KABUPATEN PUNCAK


PENERBANGAN GURU PERINTIS MENUJU ILAGA KABUPATEN PUNCAK
OLEH : SIGIT NURROKHMAN


            Detik demi detik mulailah terasa begitu waktu cepat sekali berjalan, hari minggu tanggal 20 Oktober 2013 ada dua hal yang saya tunggu yang pertama perjumpaan terakhir pada tahun 2013 dengan keluarga kecil kami yaitu anak tercinta buah hati kami Fatimah Alfu Hibbatillah dan Istri tercinta dan sholihah yang merelakan suaminya untuk berhijra dan meninggalkan beliau serta buah hati kami, semoga Alloh SWT senantiasa menjaga mereka berdua dari fitnah, menjauhkan dari marabahaya dan kelaparan, serta senantiasa mendapatkan ridhoNya .....Aamiiin 3x. Mereka ikut menghantarkan saya sampai di bandara Adisucipto untuk terbang ke Timika Papua dan di lanjutkan ke Ilaga Kabupaten puncak Propinsi Papua. Sungguh begitu berkesan sekali begitu ketegaran dari sang Istri menambah tekad saya untuk berjuang dan bertahan untuk pendidikan di tanah papua lebih maju lagi serta mendapatkan kehidupan masadepan yang lebih baik. Begitu juga anak kami tercinta di gendong Abinya maunya berlama-lama, menambah semangat saya untuk berjuang meraih penghidupan yang lebih baik dan dapat mewujudkan cita-cita buah hati kami ingin menjadi dokter, semoga Allah yang Maha Rahman  mengabulan cita-cita buah hati kami...Aamiiin 3x.
             Dan yang kedua adalah  Pemberangkatan Guru Perintis itu sendiri, dari UGM Cemara Lima Recident menuju Bandara Adisucipto Yogyakarta untuk perjalanan ke Papua. Sehari sebelum pemberangkatan, kami di kumpulkan di Balairung UGM untuk mendapatkan pendidikan Psikologi dari salah satu Psikolog UGM. Betul-betul membuat kita semua lebih mantap dalam mengadapi apapun rintangan yang ada natinya di tempat tugas kedepan. Dengan permainan-permainan yang sangat begitu variatif dan bermakna dalam, sehingga kita semakin dan semakin siap serta kebersamaan kita semakin erat antar Guru Perintis. Setelah itu kita di serah terimakan oleh Rektor UGM kepada Bupati Puncak secara resmi dengan acara yang begitu sederhana namun sangat khidmat, di akhiri dengan foto bersama. Waktu pemberangkatan sudah datang Minggu, 20 Oktober 2013 jam 16.00 WIB. Dari UGM Cemara Lima Recident menuju Airport Adisucipto Yogyakarta menggunakan Bus Pariwisata ternyata Bapak Bambang berkenan hadir menghantar kami 33 Guru Perintis, terima kasih bapak Bambang Purwoko mau menyempatkan waktunya untuk menghantar kami semua...... . Dari bandara Adisucipto kita di berangkatkan dengan dua kloter saya termasuk kloter pertama, semuanya transit terlebih dahulu menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta untuk ganti Pesawat yang lebih besar menuju Papua. Dari bandara soekarno Hatta transit lagi di Denpasar namun tidak  turun, di lanjutkan lagi menuju Bandara Internasional Mozes Kilangin Timika Papua. Inilah pengalaman pertama sebagian dari kami menaiki pesawat terbang sungguh pengalaman yang mendebarkan dan alhamdullilah selamat sampai di tujuan yaitu Bandara Internasional Mozes Kilangin Timika Papua Senin, 21 Oktober 2013 pukul 05.0 WIT. Sesampainya di Timika ternyata kita harus transit dulu di penginapan, kita dibagi menjadi 3 tempat yaitu di kontrakan Jalan Busiri ada 10 Guru perintis, di Perumahan Penduduk(Rumah Kuning dekat dengan SMP N 7 Timika) 8 Guru Perintis dan yang ketiga di tempatkan di Hotel Grand Papua ada 15 Guru Perintis. Ternyata penerbangan ke pedalaman tidak semudah penerbangan di kota-kota besar, kita harus antri untuk mendapatkan penerbangan dari Timika menuju Distrik Ilaga Kabupaten Puncak dan biasanya hingga satu bulan baru mendapatkan tiket pesawat Perintis tersebut, semoga kita tidak sampai satu bulan menunggu pemberangkatan ke Ilaga Kabupaten Puncak.
            Hari pertama di Timika kita santai sambil dapat untuk istirahat sebentar dipenampungan kita, karena banyak dari kita yang merasakan Jet lag karen dari jogja sampai di timika kita terbang selama 9 jam cukup menguras fisik kita. Hawa panas yang kita rasakan di Kota Timika melebihi Panasnya kota Jogjakarta membuat cepat letih juga badan ini sehingga aktifitas kita hanya santai-santai di pemondokan kita.
            Hari kedua diKota Timika di Agendakan untuk berkunjung ke SMK Petra Timika yang pada waktu terjadi perang antar suku di Ilaga Kabupaten puncak terjadi anak-anak yang masih sekolah di tampung di sekolah ini. Jadi tujuan kita di SMK Petra Timika adalah untuk mengetahui gambaran nyata anak-anak Ilaga yang bersekolah di sana. Begitu masuk ke lingkungan SMK Petra begitu baik gedung yang sudah tertata baik lingkungan yang asri dan banyak anak yang beraktifitas di lingkungan sekolah, kita disambut dengan baik oleh para Guru-guru SMK Petra Timika dan langsung di persilahkan masuk ke ruangan Bapak dan Ibu Guru dengan kesederhanaan ruang guru namun dengan keramahan yang cukup tinggi membuat kita semakin semakin akrab dan enjoy di SMK Petra Timika ini, namun di balik itu, setelah kita di persilahkan untuk mengunjungi ke kelas-kelas barulah kita ketahui pendidikan di tempat tersebut sangatlah jauh tertinggal dan sangat berbeda sekali dengan pulau jawa khususnya. Sungguh sangat ironi sekali, Papua yang merupakan bagian wilayah NKRI dengan Kekayaan Alam yan sangat melimpah, coba bayangkan tiap harinya Perusahaan Asing mendapatkan 16 ton biji emas murni di ambil dari tanah Papua, belum lagi dari tembaga dan lainnya..... inilah Papua tanah yang kaya raya namun dilema bagi penduduknya. Kembali ke dunia Pendidikan, sungguh sangat ironi materi yang di sampaikan pada anak didik sangat berbeda sekali misal mata pelajaran IPA, di buku paket sama sekali tidak ada materi pembelajaran berhitung atau rumus-rumus yang berhubungan dengan materi IPA. Karena memang sebagian besar para peserta didik di sana untuk pelajaran berhitung sangat lemah apalagi di aplikasikan rumus-rumus tentang materi Fisika... entah seperti apa....???? namun saya yakin dengan keterbatasan yang di miliki pasti ada sisi lain yang lebih, dan betul juga ternyata ada satu materi pelajaran yang memang sangat bagus dan bisa dikatakan di atas rata-rata yaitu Bahasa Inggrisnya ternyata baik dan mungkin melebihi dari saya penguasaaan bahasa Inggrisnya,... hebat buat anak-anak Papua, khususnya siswa siswi SMK Petra Timika. Saya jadi berfikir apakah UN masih di terapkan dengan alasan apapun saya kira tidak dapat di terapkan kalau masih ada kesenjangan pendidikan antaraIndonesia bagian barat dengan indonesia bagian timur, memang kita harus punya indikator untuk mengetahui naik atau turunnya pendidikan di Indonesia, namun Indikator berhasil atau tidaknya dunia pendidikan di ndonesia tidak melulu dengan UN. Guru dari SMK Petra yang sudah mendapatkan sosialisasi tentang Kurikulum 2013 di Sulawesi yang tidak sedikit menghabiskan Anggaran Pemerintah menyampaikan bahwa kurikulum tersebut tidak dapat di terapkan di lingkungan sekolah yang ada di Papua khususnya di SMK Petra Timika, betapa ironi sekali .... Menteri pendidikan memaksakan kurikulum terbaru wajib di terapkan namun di lapangan apa yang terjadi kita sudah mengetahui dan membuktikan ternyata tidak cocok di terapkan di Papua. Observasi di dalam kelas untuk melihat bagaimana sistem pembelajaran di SMK Petra Timika, kami di bagi perkelas 2 orang Guru Perintis. Setelah selesai Observasi kelas kisaran 1 jam pelajaran atau 45 menit kita keluar dan melakukan wawancara dan sharing bebas dengan guru yang tadi mengampu di dalam kelas. Al hasil sama dengan apa yang sudah saya tulis di atas, begitu ironis pendidikan di papua tidak seperti di Jawa atau Indonesia Barat, sangat-sangat tertinggal padahal ini di Timika yang bisa kita kategorikan sebagai Kota besar di Papua, bagaimana dengan Ilaga Kabupaten Puncak yang notabene daerah pedalaman saya tidak bisa membayangkan .... .
             Hari ketiga di Timika kita punya agenda Praktikum Microteaching di sekolahan yang sama di sesuaikan dengan Mata Pelajaran dengan program jurusan yang kita tempuh. Awal berjalan cukup baik dengan perkenalan setelah itu kita sampaikan materi. Mulai diskusi  kami contohkan apa yang ada di realita kehidupan sehari-hari berhubungan dengan materi tersebut, dan mereka sendiri juga menyebutkan dalam kehidupan sehari-hari mereka sendiri yang mereka tahu, di sesuaikan dengan materi pelajaran yang sedang kita bahas. Di lema dengan saya pribadi kadang saya sendiri tidak maksud dengan ucapan mereka karena penggunaan bahasa yang memang belum familiar bagi telinga saya, sehingga kadang harus di ulang. Kalau siswa yang dari anak pendatang masih bisa saya mengerti namun untuk bahasa masyarak asli papua masih asing bagi telinga saya, mudah mudahan dengan berjalannya waktu saya dapat memahami bahasa mereka yang sederhana walau menggunakan bahasa Indonesia. Akhirnya jam pelajaran kita selesai di akhiri dengan foto-foto dengan siswa di kelas tersebut, di lanjutkan kita ramah tamah dengan bapak ibu guru serta  memohon pamit dan di akhiri dengan foto bersama. Pada hari itu juga ternyata kita sudah ada yang di agendakan untuk melanjutkan penerbangan ke ilaga Kabupaten puncak, dan kita dibagi menjadi tiga kloter atau pemberangkatan dan saya termasuk kloter yang pertama dalam penerbangan tersebut. Kelompok pemberangkatan pertama menuju Ilaga adalah 11 Guru Perintis yang semuanya Laki-laki.
Sebelum Pemberangkatan pada hari Kamis tanggal  17 Oktober 2013, hari Rabunya kita di timbang terlebih dahulu. Baik barang bawaan dan berat tubuh, pada saat penimbangan berat tubuh saya, sangat terheran-heran karena berat tubuh saya bertambah sampai 12 kilogram. Inilah penerbangan menggunakan pesawat perintis, sesuatu yang tak pasti sampai bobot timbangan pun harus di lebihkan. Akhirnyapenerbangan hari kamis, 17 oktober sudah kita tunggu datang juga. Kita Rombongan pertama Laki-laki semua, Saya sendiri, Lukas, Mustopo, Wahyu, Yusup, Agus, Usriadi, Anton, Joko, Tedi, Asrul dan Pak Agus dari dinas P dan P Kab. Puncak yang mengantarkan kita sampai di Ilaga.  Menuju bandara Mozes Kilangin Timika, ternyata kita harus menunggu sampai 2 jam baru mendapatkan pesawat yang mengantar kita sampai tujuan. Kita foto-foto sebelum menaiki pesawat dan akhirnya terbanglah kita menggunakan pesawat perintis seperti penumpangnya, Trigana Air Nama perusahaan pesawat perintis ini dan hanya bisa dinaiki 12 orang saja. Sesampai di atas terlihatlah panorama yang indah dan memukau dari Hutan yang masih alami begitu terbentang luas kita melihat, dan sungai besar kita lihat dan saya tanya ternyata itu adalah tempat pembuangan limbah dari pertambangan TembagaPura dan Freeport, sungguh ironi sekali. Setelah sepuluh menit Udara di dalam pesawat sudah mulai terasa dingin dan ternyata kita sudah terbang tinggi dan di sampaingnya ternyata Gunung –gunung yang menjulang tinggi, dan Inilah penerbangan yang Extrim menuju Puncak. Belum lagi Angin yang di hembuskan dari tebing Gunung membuat Pesawat sedikit Oleng ..... betul-betul Extrim. Dan akhirnya setelah 20 menit sampailah di Bandara Ilaga Kabupaten Puncak. Turunya pesawat pun lebih terasa ngeri juga tidak seperti menaiki Pesawat Airbus dan pesawat besar,  dan akhirnya mendaratlah pesawat yang kita tumpangi di Bandara Ilaga dengan selamat , Puji syukur ku panjatkan, Alhamdulillah ya Robb....... . Kita di sambut oleh Pasukan Paskas TNI yang menjaga bandara tersebut. Dan di antar menggunakan Mobil Angkutan Umum gratis berwarna Putih seharga 3 Milyar Mitsubhisi Pajero Sport 4 WD. Kenapa bisa sampai 3 Milyar harga mobil- mobil disini ternyata harus di angkut menggunakan Helikopter. Setelah 20 menit akhirnya sampailah di penampungan kita semua barang di turunkan dan ternyata kita harus nunggu lama karena yang pegang kunci tidak ada dan sampai lama 2-3 jam kita menunggu, akhirnya di berikan tempat alternatif lain di kantor PU dan ternyata air tidak ada terpaksa kita pindah lagi di Rumah Dinas Sekertaris Daerahkita menginap satu malam dan di pindahkan lagi di Rumah Dinas yang masih baru seharga 3 Milyar kata bapak Kaswadi( sekretaris Dinas P dan P Kab. Puncak. Dengan 3 Ruang tidur dan 4 kamar mandi, tapi harus di bersihkan karena sangat kotor dan bau setelah Para Anggota Brimob  memakai rumah tersebut untuk mengamankan Perang Antar Suku yang terjadi di Ilaga belum lama ini karena Konflik Pilkada.
Hari demi hari kita hanya makan tidur tidak ada aktifitas yang berarti sambil menunggu pemberangkatan rombongan ke dua dan ketiga sampai di Ilaga dari Timika. Banyak yang bingung kita masak harus mengunakan kayu bakar kembali ke peradaban seperti nenek moyang kita dulu, yang sudah terbiasa menggunakan gas dan listrik sekarang tidak bisa lagi. Minyak tanah pun sulit harga juga mahal 1 Liter harga 50 ribu rupiah dan itu pun sudah di campur dengan Avtur sehingga kompor minyak cepat keropos atau rusak. Listrik menyala dari jam 6 sore sampai jam 3 pagi kadang 4 pagi tidak tentu, pernah juga seharian tanpa ada listrik karena bahan bakar solar habis, karena solar dari Timika terlambat datang. Sungguh di sini semuanya serba tidak pasti, penuh dengan keterbatasan. Biaya hidup cukup tinggi, tapi inilah pedalaman dimanapun juga pedalaman seperti ini. Hampir dua minggu kita hanya makan tidur dan akhirnya kita ada kegiatan Observasi ke sekolah-sekolah yang ada di Ilaga dari TK , SD, SMP, SMA dan SMK. Dan saya kejatah di SMP N 1 Ilaga. Sungguh ironi sekali pendidikan di Ilaga Ruang Guru untuk SMP, SMA dan SMK di gabung menjadi satu ruang dan maaf tidak semewah ruangan Guru yang ada di Sekolahan yang ada di Jawa, tidak ada meja dan kursinya miris sekali melihat keadaan ini, mulai pembelajaran jam 9 pagi dan jam 10 sudah istirahat setelah itu jam 11 masuk pelajaran kedua dan jam 12 pulang, sehari hanya 2 mata pelajaran karena jam 1 nanti ruang kelas di pakai oleh murid SMA dan SMK , karena tragedi perang menghancurkan sekolah SMA dan SMK sehingga harus satu atap dengan SMP. Lebih ironi lagi dalam proses belajar mengajar hanya mencatat dan mencatat saja sekelas SMP belum ada yang bisa membaca dan perkalihan serta pembagian angka, satu semester hanya mempelajari bab pertama saja, pernah saya tanya mereka sedang asyik membaca atau melihat buku paket pembelajaran IPA kelas 8 tentang materi Listrik bab 3, ad rumus  di buku tersebut tentang subab daya listrik , Rumusnya sebagai berkut :
Kalau V = 2 Volt dan I = 1 Ampere maka Daya listrik sebesar ..... watt. Mereka menjawab 1 (satu) , saya jelaskan kalau 2 di bagi satu berapa...? jawab lagi satu . Akhirnya saya punya trik, kalau ada dua Ubi di bagi satu orang maka orang tersebut dapat berapa ubi akhirnya bisa menjawab dengan betul , dia jawab dua.... he he he. Inilah gambaran nyata dari dunia pendidikan yang ada di Papua, dengan pendekatan tradisi ternyata mereka cepat paham dan semoga dengan kedatangan kita bisa memberi warna yang indah pada dunia pendidikan di Tanah Papua.
Senin, 4 Nopember 2013 pagi kita dalam puncak kejenuhan karena belum ada kejelasan di mana kita nanti di sebar dalam distrik-distrik yang ada di Kabupaten Puncak untuk mengajar, dan akhirnya kita kumpulkan semua Guru Perintis untuk berdiskusi dan hasil diskusi adalah :
1.       Kontrak kerja di bagi secepatnya.
2.       Konfirmasi Gaji Rp. *.000.000,- kita yang di Media Massa.
3.       Gaji dan Tunjangan di konfirmasi dan di perjelas di SK.
4.       Tempat tinggal bagi yang sudah atau belum berkeluarga.
5.       Stok untuk Konsumsi(Bama) kita di stok tiap bulan.
6.       Persiapan tgl 31 – 1 Desember tidak keluar rumah untuk jaga diri.
Hasil diskusi ini nanti akan disampaikan ke Bupati secara langsung dan kita bentuk koordinator perwakilan, terpilih Sigit, Asrul, Laeli, Usriadi, Rohmat dan Nur.
                Namun tidak di duga sebelumnya sore harinya ternyata Bapak Bupati dulu yang mendatangi Basecamp kita bersama dengan ajudan beliau akhirnya kita sampaikan semua hasil diskusi pagi hari bersama dengan Guru Perintis. Dan Alhamdulillah malam harinya kita mendapatkan kejelasan kapan kita di sebar ke Distrik-distrik yang ada yaitu keluarnya SK dari Bupati yang disampaikan malam harinya oleh bapak Agus dari Dinas P & P Kabupaten Puncak. Ternyata Kita di sebar ke 3 Distrik yaitu Ilaga, Beoga dan Sinak. Untuk Beoga tanggal 6 Nopember Pemberangkatanya dan Sinak tanggal 7 Nopember 2013.serta Bapak Bupati mengundang kita Makan Malam di Rumah Dinas Bupati.
                Tanggal 5 Nopember 2013, Agenda cukup Padat karena ada dua Agenda yaitu Persiapan dan Pelaksanaan Tahun Baru Hijriah bersama Masyarakat Ilaga dan Para Dokter yang ada di Ilaga khusus yang beragama Muslim dan satunya Undangan makan malam di rumah Bupati sebelumna sebagian Guru Perintis di undang untuk ikut masak-masak di rumah Bupati, maka kami bagi dari 33 GP menjadi 3 kelompok satu mempersiapkan tempat untuk acara Tahun Baru Hijriyah di Masjid Al Ikhlas, kedua Mempersiapkan makan malam di Rumah Bupati, dan yang ketiga Mempersiapkan Masakan untuk di bawa pada acara 1 Muharram 14 35 Hijriyah dan sekaligus jaga Basecamp kita. Syukur alhamdulillah semua berjalan lancar. Baik acara di Masjid dengan masyarakat, Dokter, BRIMOB, dan PASKAS TNI AU di Ilaga, dan malamnya kita setelah selesai acara di masjid sholat Magrib di temani Hujan yang cukup deras kita menghadiri undangan Bupati menuju Rumah Dinas Bupati di Perjalanan Kita melihat sekerumunan Masyarakat di dalam Gedung Olahraga sangat ramai sekali entah sedang ada Pertemuan apa tapi kita tetap jalan saja dan menyapa Masyarakat yang kita temui dengan sapaan Amole, kaunak dan selamat malam. Sesampainya di rumah bupati kita di sambut dengan kehangatan dari para tamu yang sudah hadir seperti Kapolda, Kodim, dan seluruh jajaran yang ada di Kabupaten Puncak. Alhamdulillah acara malam itu sangat berkesan bagi kami dan selanjutnya kita pulang ke Basecamp kira kira jam 10.00 Malam WIT.



1 komentar:

  1. gambaran kondisi di sana sangat jelas sekali melalui cerita di atas. saya berniat untuk ikut program guru perintis. selain saya calon guru kimia, saya juga senang dengan pengalaman baru, budaya baru.

    boleh nanya mas? untuk seleksi tertulis calon GP materinya tentang apa ya, supaya bisa sy pelajari dan sy juga sangat ingin lulus, supaya bisa membanggakan orang tua. terimakasih. salam kenal. email : pathulmubin@chemist.com .
    sukses buat saudara/i yg sudah beredia jauh dari keluarga demi kemajuan di sana.

    BalasHapus