PENERBANGAN GURU
PERINTIS MENUJU ILAGA KABUPATEN PUNCAK
OLEH : SIGIT NURROKHMAN
Detik demi
detik mulailah terasa begitu waktu cepat sekali berjalan, hari minggu tanggal
20 Oktober 2013 ada dua hal yang saya tunggu yang pertama perjumpaan terakhir
pada tahun 2013 dengan keluarga kecil kami yaitu anak tercinta buah hati kami
Fatimah Alfu Hibbatillah dan Istri tercinta dan sholihah yang merelakan
suaminya untuk berhijra dan meninggalkan beliau serta buah hati kami, semoga
Alloh SWT senantiasa menjaga mereka berdua dari fitnah, menjauhkan dari
marabahaya dan kelaparan, serta senantiasa mendapatkan ridhoNya .....Aamiiin
3x. Mereka ikut menghantarkan saya sampai di bandara Adisucipto untuk terbang
ke Timika Papua dan di lanjutkan ke Ilaga Kabupaten puncak Propinsi Papua.
Sungguh begitu berkesan sekali begitu ketegaran dari sang Istri menambah tekad
saya untuk berjuang dan bertahan untuk pendidikan di tanah papua lebih maju
lagi serta mendapatkan kehidupan masadepan yang lebih baik. Begitu juga anak
kami tercinta di gendong Abinya maunya berlama-lama, menambah semangat saya
untuk berjuang meraih penghidupan yang lebih baik dan dapat mewujudkan
cita-cita buah hati kami ingin menjadi dokter, semoga Allah yang Maha
Rahman mengabulan cita-cita buah hati
kami...Aamiiin 3x.
Dan yang
kedua adalah Pemberangkatan Guru
Perintis itu sendiri, dari UGM Cemara Lima Recident menuju Bandara Adisucipto
Yogyakarta untuk perjalanan ke Papua. Sehari sebelum pemberangkatan, kami di
kumpulkan di Balairung UGM untuk mendapatkan pendidikan Psikologi dari salah
satu Psikolog UGM. Betul-betul membuat kita semua lebih mantap dalam mengadapi
apapun rintangan yang ada natinya di tempat tugas kedepan. Dengan
permainan-permainan yang sangat begitu variatif dan bermakna dalam, sehingga
kita semakin dan semakin siap serta kebersamaan kita semakin erat antar Guru Perintis.
Setelah itu kita di serah terimakan oleh Rektor UGM kepada Bupati Puncak secara
resmi dengan acara yang begitu sederhana namun sangat khidmat, di akhiri dengan
foto bersama. Waktu pemberangkatan sudah datang Minggu, 20 Oktober 2013 jam
16.00 WIB. Dari UGM Cemara Lima Recident menuju Airport Adisucipto Yogyakarta
menggunakan Bus Pariwisata ternyata Bapak Bambang berkenan hadir menghantar
kami 33 Guru Perintis, terima kasih bapak Bambang Purwoko mau menyempatkan
waktunya untuk menghantar kami semua...... . Dari bandara Adisucipto kita di
berangkatkan dengan dua kloter saya termasuk kloter pertama, semuanya transit
terlebih dahulu menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta untuk ganti
Pesawat yang lebih besar menuju Papua. Dari bandara soekarno Hatta transit lagi
di Denpasar namun tidak turun, di
lanjutkan lagi menuju Bandara Internasional Mozes Kilangin Timika Papua. Inilah
pengalaman pertama sebagian dari kami menaiki pesawat terbang sungguh
pengalaman yang mendebarkan dan alhamdullilah selamat sampai di tujuan yaitu
Bandara Internasional Mozes Kilangin Timika Papua Senin, 21 Oktober 2013 pukul
05.0 WIT. Sesampainya di Timika ternyata kita harus transit dulu di penginapan,
kita dibagi menjadi 3 tempat yaitu di kontrakan Jalan Busiri ada 10 Guru
perintis, di Perumahan Penduduk(Rumah Kuning dekat dengan SMP N 7 Timika) 8
Guru Perintis dan yang ketiga di tempatkan di Hotel Grand Papua ada 15 Guru
Perintis. Ternyata penerbangan ke pedalaman tidak semudah penerbangan di
kota-kota besar, kita harus antri untuk mendapatkan penerbangan dari Timika
menuju Distrik Ilaga Kabupaten Puncak dan biasanya hingga satu bulan baru
mendapatkan tiket pesawat Perintis tersebut, semoga kita tidak sampai satu
bulan menunggu pemberangkatan ke Ilaga Kabupaten Puncak.
Hari pertama di Timika kita santai sambil
dapat untuk istirahat sebentar dipenampungan kita, karena banyak dari kita yang
merasakan Jet lag karen dari jogja sampai di timika kita terbang selama 9 jam
cukup menguras fisik kita. Hawa panas yang kita rasakan di Kota Timika melebihi
Panasnya kota Jogjakarta membuat cepat letih juga badan ini sehingga aktifitas
kita hanya santai-santai di pemondokan kita.
Hari kedua
diKota Timika di Agendakan untuk berkunjung ke SMK Petra Timika yang pada waktu
terjadi perang antar suku di Ilaga Kabupaten puncak terjadi anak-anak yang
masih sekolah di tampung di sekolah ini. Jadi tujuan kita di SMK Petra Timika
adalah untuk mengetahui gambaran nyata anak-anak Ilaga yang bersekolah di sana.
Begitu masuk ke lingkungan SMK Petra begitu baik gedung yang sudah tertata baik
lingkungan yang asri dan banyak anak yang beraktifitas di lingkungan sekolah,
kita disambut dengan baik oleh para Guru-guru SMK Petra Timika dan langsung di
persilahkan masuk ke ruangan Bapak dan Ibu Guru dengan kesederhanaan ruang guru
namun dengan keramahan yang cukup tinggi membuat kita semakin semakin akrab dan
enjoy di SMK Petra Timika ini, namun di balik itu, setelah kita di persilahkan
untuk mengunjungi ke kelas-kelas barulah kita ketahui pendidikan di tempat
tersebut sangatlah jauh tertinggal dan sangat berbeda sekali dengan pulau jawa
khususnya. Sungguh sangat ironi sekali, Papua yang merupakan bagian wilayah
NKRI dengan Kekayaan Alam yan sangat melimpah, coba bayangkan tiap harinya
Perusahaan Asing mendapatkan 16 ton biji emas murni di ambil dari tanah Papua,
belum lagi dari tembaga dan lainnya..... inilah Papua tanah yang kaya raya
namun dilema bagi penduduknya. Kembali ke dunia Pendidikan, sungguh sangat
ironi materi yang di sampaikan pada anak didik sangat berbeda sekali misal mata
pelajaran IPA, di buku paket sama sekali tidak ada materi pembelajaran
berhitung atau rumus-rumus yang berhubungan dengan materi IPA. Karena memang
sebagian besar para peserta didik di sana untuk pelajaran berhitung sangat
lemah apalagi di aplikasikan rumus-rumus tentang materi Fisika... entah seperti
apa....???? namun saya yakin dengan keterbatasan yang di miliki pasti ada sisi
lain yang lebih, dan betul juga ternyata ada satu materi pelajaran yang memang
sangat bagus dan bisa dikatakan di atas rata-rata yaitu Bahasa Inggrisnya
ternyata baik dan mungkin melebihi dari saya penguasaaan bahasa Inggrisnya,...
hebat buat anak-anak Papua, khususnya siswa siswi SMK Petra Timika. Saya jadi
berfikir apakah UN masih di terapkan dengan alasan apapun saya kira tidak dapat
di terapkan kalau masih ada kesenjangan pendidikan antaraIndonesia bagian barat
dengan indonesia bagian timur, memang kita harus punya indikator untuk
mengetahui naik atau turunnya pendidikan di Indonesia, namun Indikator berhasil
atau tidaknya dunia pendidikan di ndonesia tidak melulu dengan UN. Guru dari
SMK Petra yang sudah mendapatkan sosialisasi tentang Kurikulum 2013 di Sulawesi
yang tidak sedikit menghabiskan Anggaran Pemerintah menyampaikan bahwa
kurikulum tersebut tidak dapat di terapkan di lingkungan sekolah yang ada di
Papua khususnya di SMK Petra Timika, betapa ironi sekali .... Menteri
pendidikan memaksakan kurikulum terbaru wajib di terapkan namun di lapangan apa
yang terjadi kita sudah mengetahui dan membuktikan ternyata tidak cocok di
terapkan di Papua. Observasi di dalam kelas untuk melihat bagaimana sistem
pembelajaran di SMK Petra Timika, kami di bagi perkelas 2 orang Guru Perintis.
Setelah selesai Observasi kelas kisaran 1 jam pelajaran atau 45 menit kita
keluar dan melakukan wawancara dan sharing bebas dengan guru yang tadi mengampu
di dalam kelas. Al hasil sama dengan apa yang sudah saya tulis di atas, begitu ironis
pendidikan di papua tidak seperti di Jawa atau Indonesia Barat, sangat-sangat
tertinggal padahal ini di Timika yang bisa kita kategorikan sebagai Kota besar di
Papua, bagaimana dengan Ilaga Kabupaten Puncak yang notabene daerah pedalaman
saya tidak bisa membayangkan .... .
Hari
ketiga di Timika kita punya agenda Praktikum Microteaching di sekolahan yang
sama di sesuaikan dengan Mata Pelajaran dengan program jurusan yang kita
tempuh. Awal berjalan cukup baik dengan perkenalan setelah itu kita sampaikan
materi. Mulai diskusi kami contohkan apa
yang ada di realita kehidupan sehari-hari berhubungan dengan materi tersebut,
dan mereka sendiri juga menyebutkan dalam kehidupan sehari-hari mereka sendiri
yang mereka tahu, di sesuaikan dengan materi pelajaran yang sedang kita bahas.
Di lema dengan saya pribadi kadang saya sendiri tidak maksud dengan ucapan
mereka karena penggunaan bahasa yang memang belum familiar bagi telinga saya,
sehingga kadang harus di ulang. Kalau siswa yang dari anak pendatang masih bisa
saya mengerti namun untuk bahasa masyarak asli papua masih asing bagi telinga
saya, mudah mudahan dengan berjalannya waktu saya dapat memahami bahasa mereka
yang sederhana walau menggunakan bahasa Indonesia. Akhirnya jam pelajaran kita
selesai di akhiri dengan foto-foto dengan siswa di kelas tersebut, di lanjutkan
kita ramah tamah dengan bapak ibu guru serta
memohon pamit dan di akhiri dengan foto bersama. Pada hari itu juga
ternyata kita sudah ada yang di agendakan untuk melanjutkan penerbangan ke
ilaga Kabupaten puncak, dan kita dibagi menjadi tiga kloter atau pemberangkatan
dan saya termasuk kloter yang pertama dalam penerbangan tersebut. Kelompok
pemberangkatan pertama menuju Ilaga adalah 11 Guru Perintis yang semuanya
Laki-laki.
Sebelum Pemberangkatan pada hari Kamis tanggal 17 Oktober 2013, hari Rabunya kita di timbang
terlebih dahulu. Baik barang bawaan dan berat tubuh, pada saat penimbangan berat
tubuh saya, sangat terheran-heran karena berat tubuh saya bertambah sampai 12
kilogram. Inilah penerbangan menggunakan pesawat perintis, sesuatu yang tak
pasti sampai bobot timbangan pun harus di lebihkan. Akhirnyapenerbangan hari
kamis, 17 oktober sudah kita tunggu datang juga. Kita Rombongan pertama
Laki-laki semua, Saya sendiri, Lukas, Mustopo, Wahyu, Yusup, Agus, Usriadi,
Anton, Joko, Tedi, Asrul dan Pak Agus dari dinas P dan P Kab. Puncak yang
mengantarkan kita sampai di Ilaga.
Menuju bandara Mozes Kilangin Timika, ternyata kita harus menunggu
sampai 2 jam baru mendapatkan pesawat yang mengantar kita sampai tujuan. Kita
foto-foto sebelum menaiki pesawat dan akhirnya terbanglah kita menggunakan
pesawat perintis seperti penumpangnya, Trigana Air Nama perusahaan pesawat
perintis ini dan hanya bisa dinaiki 12 orang saja. Sesampai di atas terlihatlah
panorama yang indah dan memukau dari Hutan yang masih alami begitu terbentang
luas kita melihat, dan sungai besar kita lihat dan saya tanya ternyata itu
adalah tempat pembuangan limbah dari pertambangan TembagaPura dan Freeport,
sungguh ironi sekali. Setelah sepuluh menit Udara di dalam pesawat sudah mulai
terasa dingin dan ternyata kita sudah terbang tinggi dan di sampaingnya
ternyata Gunung –gunung yang menjulang tinggi, dan Inilah penerbangan yang
Extrim menuju Puncak. Belum lagi Angin yang di hembuskan dari tebing Gunung
membuat Pesawat sedikit Oleng ..... betul-betul Extrim. Dan akhirnya setelah 20
menit sampailah di Bandara Ilaga Kabupaten Puncak. Turunya pesawat pun lebih
terasa ngeri juga tidak seperti menaiki Pesawat Airbus dan pesawat besar, dan akhirnya mendaratlah pesawat yang kita
tumpangi di Bandara Ilaga dengan selamat , Puji syukur ku panjatkan,
Alhamdulillah ya Robb....... . Kita di sambut oleh Pasukan Paskas TNI yang
menjaga bandara tersebut. Dan di antar menggunakan Mobil Angkutan Umum gratis
berwarna Putih seharga 3 Milyar Mitsubhisi Pajero Sport 4 WD. Kenapa bisa
sampai 3 Milyar harga mobil- mobil disini ternyata harus di angkut menggunakan
Helikopter. Setelah 20 menit akhirnya sampailah di penampungan kita semua
barang di turunkan dan ternyata kita harus nunggu lama karena yang pegang kunci
tidak ada dan sampai lama 2-3 jam kita menunggu, akhirnya di berikan tempat
alternatif lain di kantor PU dan ternyata air tidak ada terpaksa kita pindah
lagi di Rumah Dinas Sekertaris Daerahkita menginap satu malam dan di pindahkan
lagi di Rumah Dinas yang masih baru seharga 3 Milyar kata bapak Kaswadi(
sekretaris Dinas P dan P Kab. Puncak. Dengan 3 Ruang tidur dan 4 kamar mandi,
tapi harus di bersihkan karena sangat kotor dan bau setelah Para Anggota
Brimob memakai rumah tersebut untuk
mengamankan Perang Antar Suku yang terjadi di Ilaga belum lama ini karena
Konflik Pilkada.
Hari demi hari kita hanya makan tidur tidak ada aktifitas
yang berarti sambil menunggu pemberangkatan rombongan ke dua dan ketiga sampai
di Ilaga dari Timika. Banyak yang bingung kita masak harus mengunakan kayu
bakar kembali ke peradaban seperti nenek moyang kita dulu, yang sudah terbiasa
menggunakan gas dan listrik sekarang tidak bisa lagi. Minyak tanah pun sulit
harga juga mahal 1 Liter harga 50 ribu rupiah dan itu pun sudah di campur
dengan Avtur sehingga kompor minyak cepat keropos atau rusak. Listrik menyala
dari jam 6 sore sampai jam 3 pagi kadang 4 pagi tidak tentu, pernah juga
seharian tanpa ada listrik karena bahan bakar solar habis, karena solar dari
Timika terlambat datang. Sungguh di sini semuanya serba tidak pasti, penuh
dengan keterbatasan. Biaya hidup cukup tinggi, tapi inilah pedalaman dimanapun
juga pedalaman seperti ini. Hampir dua minggu kita hanya makan tidur dan
akhirnya kita ada kegiatan Observasi ke sekolah-sekolah yang ada di Ilaga dari
TK , SD, SMP, SMA dan SMK. Dan saya kejatah di SMP N 1 Ilaga. Sungguh ironi
sekali pendidikan di Ilaga Ruang Guru untuk SMP, SMA dan SMK di gabung menjadi
satu ruang dan maaf tidak semewah ruangan Guru yang ada di Sekolahan yang ada
di Jawa, tidak ada meja dan kursinya miris sekali melihat keadaan ini, mulai
pembelajaran jam 9 pagi dan jam 10 sudah istirahat setelah itu jam 11 masuk
pelajaran kedua dan jam 12 pulang, sehari hanya 2 mata pelajaran karena jam 1
nanti ruang kelas di pakai oleh murid SMA dan SMK , karena tragedi perang
menghancurkan sekolah SMA dan SMK sehingga harus satu atap dengan SMP. Lebih
ironi lagi dalam proses belajar mengajar hanya mencatat dan mencatat saja
sekelas SMP belum ada yang bisa membaca dan perkalihan serta pembagian angka,
satu semester hanya mempelajari bab pertama saja, pernah saya tanya mereka
sedang asyik membaca atau melihat buku paket pembelajaran IPA kelas 8 tentang
materi Listrik bab 3, ad rumus di buku
tersebut tentang subab daya listrik , Rumusnya sebagai berkut :
Kalau V = 2 Volt dan I = 1 Ampere maka Daya listrik sebesar
..... watt. Mereka menjawab 1 (satu) , saya jelaskan kalau 2 di bagi satu
berapa...? jawab lagi satu . Akhirnya saya punya trik, kalau ada dua Ubi di
bagi satu orang maka orang tersebut dapat berapa ubi akhirnya bisa menjawab dengan
betul , dia jawab dua.... he he he. Inilah gambaran nyata dari dunia pendidikan
yang ada di Papua, dengan pendekatan tradisi ternyata mereka cepat paham dan semoga
dengan kedatangan kita bisa memberi warna yang indah pada dunia pendidikan di
Tanah Papua.
Senin, 4 Nopember 2013 pagi kita dalam puncak kejenuhan
karena belum ada kejelasan di mana kita nanti di sebar dalam distrik-distrik
yang ada di Kabupaten Puncak untuk mengajar, dan akhirnya kita kumpulkan semua
Guru Perintis untuk berdiskusi dan hasil diskusi adalah :
1.
Kontrak kerja di bagi secepatnya.
2.
Konfirmasi Gaji Rp. *.000.000,- kita yang di
Media Massa.
3.
Gaji dan Tunjangan di konfirmasi dan di perjelas
di SK.
4.
Tempat tinggal bagi yang sudah atau belum
berkeluarga.
5.
Stok untuk Konsumsi(Bama) kita di stok tiap
bulan.
6.
Persiapan tgl 31 – 1 Desember tidak keluar rumah
untuk jaga diri.
Hasil diskusi ini nanti akan disampaikan ke
Bupati secara langsung dan kita bentuk koordinator perwakilan, terpilih Sigit,
Asrul, Laeli, Usriadi, Rohmat dan Nur.
Namun
tidak di duga sebelumnya sore harinya ternyata Bapak Bupati dulu yang
mendatangi Basecamp kita bersama dengan ajudan beliau akhirnya kita sampaikan
semua hasil diskusi pagi hari bersama dengan Guru Perintis. Dan Alhamdulillah
malam harinya kita mendapatkan kejelasan kapan kita di sebar ke Distrik-distrik
yang ada yaitu keluarnya SK dari Bupati yang disampaikan malam harinya oleh
bapak Agus dari Dinas P & P Kabupaten Puncak. Ternyata Kita di sebar ke 3
Distrik yaitu Ilaga, Beoga dan Sinak. Untuk Beoga tanggal 6 Nopember
Pemberangkatanya dan Sinak tanggal 7 Nopember 2013.serta Bapak Bupati
mengundang kita Makan Malam di Rumah Dinas Bupati.
Tanggal
5 Nopember 2013, Agenda cukup Padat karena ada dua Agenda yaitu Persiapan dan
Pelaksanaan Tahun Baru Hijriah bersama Masyarakat Ilaga dan Para Dokter yang
ada di Ilaga khusus yang beragama Muslim dan satunya Undangan makan malam di
rumah Bupati sebelumna sebagian Guru Perintis di undang untuk ikut masak-masak
di rumah Bupati, maka kami bagi dari 33 GP menjadi 3 kelompok satu
mempersiapkan tempat untuk acara Tahun Baru Hijriyah di Masjid Al Ikhlas, kedua
Mempersiapkan makan malam di Rumah Bupati, dan yang ketiga Mempersiapkan
Masakan untuk di bawa pada acara 1 Muharram 14 35 Hijriyah dan sekaligus jaga
Basecamp kita. Syukur alhamdulillah semua berjalan lancar. Baik acara di Masjid
dengan masyarakat, Dokter, BRIMOB, dan PASKAS TNI AU di Ilaga, dan malamnya
kita setelah selesai acara di masjid sholat Magrib di temani Hujan yang cukup
deras kita menghadiri undangan Bupati menuju Rumah Dinas Bupati di Perjalanan
Kita melihat sekerumunan Masyarakat di dalam Gedung Olahraga sangat ramai
sekali entah sedang ada Pertemuan apa tapi kita tetap jalan saja dan menyapa
Masyarakat yang kita temui dengan sapaan Amole, kaunak dan selamat malam.
Sesampainya di rumah bupati kita di sambut dengan kehangatan dari para tamu
yang sudah hadir seperti Kapolda, Kodim, dan seluruh jajaran yang ada di
Kabupaten Puncak. Alhamdulillah acara malam itu sangat berkesan bagi kami dan
selanjutnya kita pulang ke Basecamp kira kira jam 10.00 Malam WIT.
gambaran kondisi di sana sangat jelas sekali melalui cerita di atas. saya berniat untuk ikut program guru perintis. selain saya calon guru kimia, saya juga senang dengan pengalaman baru, budaya baru.
BalasHapusboleh nanya mas? untuk seleksi tertulis calon GP materinya tentang apa ya, supaya bisa sy pelajari dan sy juga sangat ingin lulus, supaya bisa membanggakan orang tua. terimakasih. salam kenal. email : pathulmubin@chemist.com .
sukses buat saudara/i yg sudah beredia jauh dari keluarga demi kemajuan di sana.