Guru Perintis

Guru Perintis

Minggu, 16 Februari 2014

“PERJALANAN KE SINAK”


“PERJALANAN KE SINAK”
OLEH : SIGIT NURROKHMAN

                Hari dan Tanggal Kamis,  7 Nopember 2013, kita sudah siap untuk di berangkatkan menuju Sinak, kami ber- sembilan Guru Perintis yaitu : Sigit Nurrokhman, Amirrudin, Hasrul, Anton Harison Sihotang, Lukas Liko Mitten, Mussalif, Iftitah, M. Syaiful Anwar, dan M.A. Yusuf Ali Azhari. Pagi itu jemputan sudah datang kita di jemput menggunakan 2 mobil menuju Bandara tertinggi di Indonesia  yaitu Bandara Ilaga Kabupaten Puncak.Sesampainya di Bandara kita biasa standbye menunggu Pesawat datang untuk mengantarkan kita ke Distrik Sinak kita tunggu sampai lama ternyata hari kamis tidak ada penerbangan menuju Sinak karena semua pesawat di sewa oleh ajudan bupati untuk keperluan Kunjungan Bupati ke Distrik-distrik yaitu Distrik Beoga karena hari ini ada kunjungan ke tempat tersebut,  akhirnya kita naikan lagi barang-barang yang kita bawa kedalam mobil hari ini tidak jadi berangkat menuju Sinak dan kembali ke Basecamp Ilaga.
            Hari dan tanggal Jum’at, 8 Nopember 2013 kita mulai pagi sudah persiapan lagi semoga hari ini ada penerbangan menuju Distrik Sinak karena Agenda Bupati untuk hari ini berada di Sinak. Dan betul  syukur alhamdulillah ada penerbangan ke Sinak, kami bersembilan di bagi menjadi dua penerbangan, yang pertama saya sendiri, Anwar, Lukas, Yusuf, dan Hasrul di tambah penduduk setempat dua beliau memperkenalkan diri katanya seorang Guru SD dan anaknya yang kisaran masih SD juga , serta dua dokter  dr. Vina dan drg. Mila yang sama-sama di tempatkan di distrik Sinak. Penerbangan yang ke dua Amir, Alif, Tita dan Anton. Akhirnya berangkat juga kita dalam penerbangan kelompok  pertama, menyusuri gunung-gungung yang menjulang tinggi dan panorama lembah yang sangat cantik serta jalan-jalan yang ada di pegunungan dan sungai-sungai yang mengular, begitu exsoticnya tanah Papua banya sekali yang masih belum terjamah oleh tangan-tangan Manusia yang merusak alam secara membabi buta.
Selama 20 menit kita terbang dan akhirnya sudah terlihat Kota Sinak yang di lihat dari udara begitu kecil, mulailah terlihat bandara Sinak yang sangat sederhana  yang di tutupi Bukit Kecil maka pesawat harus agak berkelok untuk menyesuaikan  arah dan tepat pada landasan pesawat . Alhamdulillah akhirnya selamat kita telah sampai di Bandara Sinak, mulailah kaki kita memijak tanah Sinak yang rencananya 2 tahun kedepan akan di mekarkan menjadi Kabupaten Sinak terlepas dari Kabupaten Puncak. Kita telah disambut oleh siswa-siswi SMP dan SMA Sinak yang begitu antusias menyambut kita para Guru Perintis dengan nyanyian selamat datang menggunakan bahasa Suku Dhani( di Sinak hanya di diami Suku Dhani saja) serta dari Dinas P dan P Distrik Sinak dan tidak lupa juga Para personil Raider dari TNI AD yang menjaga bandara Sinak tersebut. Kita di persilahkan untuk duduk-duduk di honay dan di jamu Kopi susu oleh anggota Raider TNI AD sambil menunggu  teman-teman Guru Perintis yang ikut penerbangan kedua. Kisaran satu jam barulah rombongan kedua sampai di sinak, anak-anak SMP dan SMA yang sudah lama menunggu mulai berebut ingin membawakan barang-barang yang di bawa oleh Rombongan Guru Perintis. Sambil bernyanyi  dengan nyanyian khas mereka(kami Punya Videonya) mereka menyalami kita dan membawakan barang-barang kita dari Koper sampai Ember pokoknya di bawakan semua oleh mereka kecuali tas punggung yang sudah kita bawa, kadang kalau ada yang merasa berat mereka pun siap membawakannya.
 Inilah budaya mereka yang sungguh mengharukan di hati ini, tradisi yang perlu di contoh oleh Siswa-siswa di kota seperti di Jawa, bagaimana mereka menghormati tamu yang datang khusunya Guru( Budaya Menghormati Guru yang masih melekat pada diri dan tradisi setempat) sungguh-sungguh baru saya rasakan di Papua ini dan harus terus dilestarikan. Tidak seperti di Kota-kota Besar tradisi ini sudah luntur atau pudar, Guru hanya di Sekolah setelah selesai/di luar Sekolah mereka sama sekali hormat pada Guru sudah tidak ada, kadang ketemu di jalan saja tidak mau menyapanya, malah kadang ada yang berani mengancam seorang Guru sungguh ironi.



                      Gambar. Kebersahajaan Para Murid menyambut para Guru Perintis        
Budaya penghormatan kepada Guru
  
                 Akhirnya sampai juga berjalan kaki sejauh 3 km dari bandara menuju Kota distrik Sinak, kita langsung menuju acara Pertemuan Bupati dengan Masyarakat 3 distrik yaitu Distrik Sinak, Pogoma dan Agandugume yang di tempatkan di Distrik Sinak. Disambut masyarakat dan Bupati sungguh membanggakan bagi kami para Guru Perintis, serta di perkenalkan oleh Bupati kepada masyarakat yang datang pada acara tersebut. Biasanya kunjungan para pejabat tidak lupa mengadakan acara bakar batu dan kami melihat-lihat acara bakar batu yang sedang berlangsung di belakang rumah kepala Distrik , sungguh ramai sekali banyak masyarakat yang berkumpul di acara bakar batu ini. Sore menjelang malam pertama di Sinak pun tiba ,barang-barang kita ternyata di kumpulkan di Kios yang sudah lama tidak dipakai, kayunya lapuk, banyak tikus dan yang paling Extrim tidak ada penerangan dan WC serta kamar mandi... aih....sungguh ironi sekali. Akhirnya malam pertama kita tidur nebeng di Polsek Sinak bersama bupati dan malamnya kita berdiskusi dengan bupati dan wakil bupati yang juga bermalam di Polsek sinak, selanjutnya kita sampaikan kebupati keluh kesah kita baik itu masalah tempat/rumah yang akan kita tinggali sudah tidak layak huni serta bama kita yang sangat minim. Masalah bama memang sudah di suruh sama pak Kaswadi dan pak Agus(beliau berdua Pejabat Dinas Pendidikan Kab. Puncak) ,setelah sampai di sinak ketemu dengan bupati sampaikan bahwa bama sangat minim yang kita bawa. Dan Bupati pada malam itu juga merespon keluhan kita, kita di suruh mencatat berbagai kebutuhan kita dari A sampai Z ,nanti diserahkan ke Bupati pagi-pagi sebelum bupati dan rombongan meninggalkan sinak. Dan akhirnya langsung di respon paginya oleh beliau, kami mendapatkan rumah dinas kecamatan yang masih baru untuk kita tempati ,Cuma kuncinya tidak ada di bawa oleh tukang yang membangun dan akhirnya kita menunggusampai sehari lagi dan kita makan, tidur masih di Polsek. Banyak kejadian setelah Bupati dan rombongan meninggalkan sinak. Kita mendengar serentetan bunyi senjata karena di ketahui ada salah satu ibu ada yang membawa senjata di nokennya inilah pertama kali kita di buat tegang dengan keadaan yang rawan di sinak tentang keamanan...,semoga kita kuat menghadapi cobaan-cobaan ini. Dan hari ketiga kita sudah menempati rumah dinas yang baru namun belum ada penerangan sama sekali , 7 malam kita hanya mengandalkan lampu lilin untuk menerangi aktivitas kita di malam hari. Belum lagi tidak ada dapur terpaksa kita membuat dapur darurat sebelum kita membuat dapur permanen. Penampungan air juga tidak mencukupi karena kita hanya mengandalkan air hujan terpaksa selama satu minggu lebih, baik Mandi, Cuci dan Kakus kita masih minta bantuan di Polsek.... sumber air Jauuuuuuuuh.......!!!!. Mulailah hari senin, 11 Nopember 2013 kita memulai aktivitas perdana kita mengajar ada yang di TK, SD,SMP dan SMA....sesuai dengan SK kita di tempatkan .... Minggu pertama kita Observasi sambil menjalankan tugas mengajar... kita mengikuti Alur yang sudah ada , berangkat jam 7.30 selesai kisaran jam 12.00 WIT. Namun dengan berjalannya waktu karena sinak merupakan daerah yang rawan keamanan, banyak dan sering kita mendapakan info tentang gerakan-gerakan dari OPM yang sudah mendekat di daerah Sinak dan akhirnya kita di peringatkan untuk tidak masuk mengajar terlebih dahulu  jaga-jaga keamanan diri inilah ketegangan demi ketegangan yang ada di daerah Sinak. Setelah situasi dianggap aman baru aktivitas mengajar dilanjutkan kembali.
                Minggu kedua mulai selain aktivitas mengajar kita juga berbenah untuk membuat daftar hadir siswa, pembuatan jadwal mengajar yang baru sampai pada aktivitas siswa di luar sekolah , alhamdulillah kegiatan les untuk TK, SD, SMP serta SMA berlangsung sampai sekarang.
 



   Gb.Taman Baca di teras rumah,dan aktivitas Bimbingan Belajar siswa di luar Sekolah           
Taman Bacaan di teras rumah
Sigit Nurrokhman
SMP dan SMA sinak satu Kompleks
Yusuf Ali Azhari
Amirrudin dan Iftitah
Anton dan Anwar

Sabtu, 15 Februari 2014

ILAGA KABUPATEN PUNCAK PAPUA.

Keadaan Ilaga yang bersuhu 7 derajat Celcius
Keadaan dapur darurat
Hari Pertama menginjakkan kaki di Ilaga
Siang Hari kadang masih di temukan Kabut seperti ini.

Jumat, 07 Februari 2014

PENERBANGAN GURU PERINTIS MENUJU ILAGA KABUPATEN PUNCAK


PENERBANGAN GURU PERINTIS MENUJU ILAGA KABUPATEN PUNCAK
OLEH : SIGIT NURROKHMAN


            Detik demi detik mulailah terasa begitu waktu cepat sekali berjalan, hari minggu tanggal 20 Oktober 2013 ada dua hal yang saya tunggu yang pertama perjumpaan terakhir pada tahun 2013 dengan keluarga kecil kami yaitu anak tercinta buah hati kami Fatimah Alfu Hibbatillah dan Istri tercinta dan sholihah yang merelakan suaminya untuk berhijra dan meninggalkan beliau serta buah hati kami, semoga Alloh SWT senantiasa menjaga mereka berdua dari fitnah, menjauhkan dari marabahaya dan kelaparan, serta senantiasa mendapatkan ridhoNya .....Aamiiin 3x. Mereka ikut menghantarkan saya sampai di bandara Adisucipto untuk terbang ke Timika Papua dan di lanjutkan ke Ilaga Kabupaten puncak Propinsi Papua. Sungguh begitu berkesan sekali begitu ketegaran dari sang Istri menambah tekad saya untuk berjuang dan bertahan untuk pendidikan di tanah papua lebih maju lagi serta mendapatkan kehidupan masadepan yang lebih baik. Begitu juga anak kami tercinta di gendong Abinya maunya berlama-lama, menambah semangat saya untuk berjuang meraih penghidupan yang lebih baik dan dapat mewujudkan cita-cita buah hati kami ingin menjadi dokter, semoga Allah yang Maha Rahman  mengabulan cita-cita buah hati kami...Aamiiin 3x.
             Dan yang kedua adalah  Pemberangkatan Guru Perintis itu sendiri, dari UGM Cemara Lima Recident menuju Bandara Adisucipto Yogyakarta untuk perjalanan ke Papua. Sehari sebelum pemberangkatan, kami di kumpulkan di Balairung UGM untuk mendapatkan pendidikan Psikologi dari salah satu Psikolog UGM. Betul-betul membuat kita semua lebih mantap dalam mengadapi apapun rintangan yang ada natinya di tempat tugas kedepan. Dengan permainan-permainan yang sangat begitu variatif dan bermakna dalam, sehingga kita semakin dan semakin siap serta kebersamaan kita semakin erat antar Guru Perintis. Setelah itu kita di serah terimakan oleh Rektor UGM kepada Bupati Puncak secara resmi dengan acara yang begitu sederhana namun sangat khidmat, di akhiri dengan foto bersama. Waktu pemberangkatan sudah datang Minggu, 20 Oktober 2013 jam 16.00 WIB. Dari UGM Cemara Lima Recident menuju Airport Adisucipto Yogyakarta menggunakan Bus Pariwisata ternyata Bapak Bambang berkenan hadir menghantar kami 33 Guru Perintis, terima kasih bapak Bambang Purwoko mau menyempatkan waktunya untuk menghantar kami semua...... . Dari bandara Adisucipto kita di berangkatkan dengan dua kloter saya termasuk kloter pertama, semuanya transit terlebih dahulu menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta untuk ganti Pesawat yang lebih besar menuju Papua. Dari bandara soekarno Hatta transit lagi di Denpasar namun tidak  turun, di lanjutkan lagi menuju Bandara Internasional Mozes Kilangin Timika Papua. Inilah pengalaman pertama sebagian dari kami menaiki pesawat terbang sungguh pengalaman yang mendebarkan dan alhamdullilah selamat sampai di tujuan yaitu Bandara Internasional Mozes Kilangin Timika Papua Senin, 21 Oktober 2013 pukul 05.0 WIT. Sesampainya di Timika ternyata kita harus transit dulu di penginapan, kita dibagi menjadi 3 tempat yaitu di kontrakan Jalan Busiri ada 10 Guru perintis, di Perumahan Penduduk(Rumah Kuning dekat dengan SMP N 7 Timika) 8 Guru Perintis dan yang ketiga di tempatkan di Hotel Grand Papua ada 15 Guru Perintis. Ternyata penerbangan ke pedalaman tidak semudah penerbangan di kota-kota besar, kita harus antri untuk mendapatkan penerbangan dari Timika menuju Distrik Ilaga Kabupaten Puncak dan biasanya hingga satu bulan baru mendapatkan tiket pesawat Perintis tersebut, semoga kita tidak sampai satu bulan menunggu pemberangkatan ke Ilaga Kabupaten Puncak.
            Hari pertama di Timika kita santai sambil dapat untuk istirahat sebentar dipenampungan kita, karena banyak dari kita yang merasakan Jet lag karen dari jogja sampai di timika kita terbang selama 9 jam cukup menguras fisik kita. Hawa panas yang kita rasakan di Kota Timika melebihi Panasnya kota Jogjakarta membuat cepat letih juga badan ini sehingga aktifitas kita hanya santai-santai di pemondokan kita.
            Hari kedua diKota Timika di Agendakan untuk berkunjung ke SMK Petra Timika yang pada waktu terjadi perang antar suku di Ilaga Kabupaten puncak terjadi anak-anak yang masih sekolah di tampung di sekolah ini. Jadi tujuan kita di SMK Petra Timika adalah untuk mengetahui gambaran nyata anak-anak Ilaga yang bersekolah di sana. Begitu masuk ke lingkungan SMK Petra begitu baik gedung yang sudah tertata baik lingkungan yang asri dan banyak anak yang beraktifitas di lingkungan sekolah, kita disambut dengan baik oleh para Guru-guru SMK Petra Timika dan langsung di persilahkan masuk ke ruangan Bapak dan Ibu Guru dengan kesederhanaan ruang guru namun dengan keramahan yang cukup tinggi membuat kita semakin semakin akrab dan enjoy di SMK Petra Timika ini, namun di balik itu, setelah kita di persilahkan untuk mengunjungi ke kelas-kelas barulah kita ketahui pendidikan di tempat tersebut sangatlah jauh tertinggal dan sangat berbeda sekali dengan pulau jawa khususnya. Sungguh sangat ironi sekali, Papua yang merupakan bagian wilayah NKRI dengan Kekayaan Alam yan sangat melimpah, coba bayangkan tiap harinya Perusahaan Asing mendapatkan 16 ton biji emas murni di ambil dari tanah Papua, belum lagi dari tembaga dan lainnya..... inilah Papua tanah yang kaya raya namun dilema bagi penduduknya. Kembali ke dunia Pendidikan, sungguh sangat ironi materi yang di sampaikan pada anak didik sangat berbeda sekali misal mata pelajaran IPA, di buku paket sama sekali tidak ada materi pembelajaran berhitung atau rumus-rumus yang berhubungan dengan materi IPA. Karena memang sebagian besar para peserta didik di sana untuk pelajaran berhitung sangat lemah apalagi di aplikasikan rumus-rumus tentang materi Fisika... entah seperti apa....???? namun saya yakin dengan keterbatasan yang di miliki pasti ada sisi lain yang lebih, dan betul juga ternyata ada satu materi pelajaran yang memang sangat bagus dan bisa dikatakan di atas rata-rata yaitu Bahasa Inggrisnya ternyata baik dan mungkin melebihi dari saya penguasaaan bahasa Inggrisnya,... hebat buat anak-anak Papua, khususnya siswa siswi SMK Petra Timika. Saya jadi berfikir apakah UN masih di terapkan dengan alasan apapun saya kira tidak dapat di terapkan kalau masih ada kesenjangan pendidikan antaraIndonesia bagian barat dengan indonesia bagian timur, memang kita harus punya indikator untuk mengetahui naik atau turunnya pendidikan di Indonesia, namun Indikator berhasil atau tidaknya dunia pendidikan di ndonesia tidak melulu dengan UN. Guru dari SMK Petra yang sudah mendapatkan sosialisasi tentang Kurikulum 2013 di Sulawesi yang tidak sedikit menghabiskan Anggaran Pemerintah menyampaikan bahwa kurikulum tersebut tidak dapat di terapkan di lingkungan sekolah yang ada di Papua khususnya di SMK Petra Timika, betapa ironi sekali .... Menteri pendidikan memaksakan kurikulum terbaru wajib di terapkan namun di lapangan apa yang terjadi kita sudah mengetahui dan membuktikan ternyata tidak cocok di terapkan di Papua. Observasi di dalam kelas untuk melihat bagaimana sistem pembelajaran di SMK Petra Timika, kami di bagi perkelas 2 orang Guru Perintis. Setelah selesai Observasi kelas kisaran 1 jam pelajaran atau 45 menit kita keluar dan melakukan wawancara dan sharing bebas dengan guru yang tadi mengampu di dalam kelas. Al hasil sama dengan apa yang sudah saya tulis di atas, begitu ironis pendidikan di papua tidak seperti di Jawa atau Indonesia Barat, sangat-sangat tertinggal padahal ini di Timika yang bisa kita kategorikan sebagai Kota besar di Papua, bagaimana dengan Ilaga Kabupaten Puncak yang notabene daerah pedalaman saya tidak bisa membayangkan .... .
             Hari ketiga di Timika kita punya agenda Praktikum Microteaching di sekolahan yang sama di sesuaikan dengan Mata Pelajaran dengan program jurusan yang kita tempuh. Awal berjalan cukup baik dengan perkenalan setelah itu kita sampaikan materi. Mulai diskusi  kami contohkan apa yang ada di realita kehidupan sehari-hari berhubungan dengan materi tersebut, dan mereka sendiri juga menyebutkan dalam kehidupan sehari-hari mereka sendiri yang mereka tahu, di sesuaikan dengan materi pelajaran yang sedang kita bahas. Di lema dengan saya pribadi kadang saya sendiri tidak maksud dengan ucapan mereka karena penggunaan bahasa yang memang belum familiar bagi telinga saya, sehingga kadang harus di ulang. Kalau siswa yang dari anak pendatang masih bisa saya mengerti namun untuk bahasa masyarak asli papua masih asing bagi telinga saya, mudah mudahan dengan berjalannya waktu saya dapat memahami bahasa mereka yang sederhana walau menggunakan bahasa Indonesia. Akhirnya jam pelajaran kita selesai di akhiri dengan foto-foto dengan siswa di kelas tersebut, di lanjutkan kita ramah tamah dengan bapak ibu guru serta  memohon pamit dan di akhiri dengan foto bersama. Pada hari itu juga ternyata kita sudah ada yang di agendakan untuk melanjutkan penerbangan ke ilaga Kabupaten puncak, dan kita dibagi menjadi tiga kloter atau pemberangkatan dan saya termasuk kloter yang pertama dalam penerbangan tersebut. Kelompok pemberangkatan pertama menuju Ilaga adalah 11 Guru Perintis yang semuanya Laki-laki.
Sebelum Pemberangkatan pada hari Kamis tanggal  17 Oktober 2013, hari Rabunya kita di timbang terlebih dahulu. Baik barang bawaan dan berat tubuh, pada saat penimbangan berat tubuh saya, sangat terheran-heran karena berat tubuh saya bertambah sampai 12 kilogram. Inilah penerbangan menggunakan pesawat perintis, sesuatu yang tak pasti sampai bobot timbangan pun harus di lebihkan. Akhirnyapenerbangan hari kamis, 17 oktober sudah kita tunggu datang juga. Kita Rombongan pertama Laki-laki semua, Saya sendiri, Lukas, Mustopo, Wahyu, Yusup, Agus, Usriadi, Anton, Joko, Tedi, Asrul dan Pak Agus dari dinas P dan P Kab. Puncak yang mengantarkan kita sampai di Ilaga.  Menuju bandara Mozes Kilangin Timika, ternyata kita harus menunggu sampai 2 jam baru mendapatkan pesawat yang mengantar kita sampai tujuan. Kita foto-foto sebelum menaiki pesawat dan akhirnya terbanglah kita menggunakan pesawat perintis seperti penumpangnya, Trigana Air Nama perusahaan pesawat perintis ini dan hanya bisa dinaiki 12 orang saja. Sesampai di atas terlihatlah panorama yang indah dan memukau dari Hutan yang masih alami begitu terbentang luas kita melihat, dan sungai besar kita lihat dan saya tanya ternyata itu adalah tempat pembuangan limbah dari pertambangan TembagaPura dan Freeport, sungguh ironi sekali. Setelah sepuluh menit Udara di dalam pesawat sudah mulai terasa dingin dan ternyata kita sudah terbang tinggi dan di sampaingnya ternyata Gunung –gunung yang menjulang tinggi, dan Inilah penerbangan yang Extrim menuju Puncak. Belum lagi Angin yang di hembuskan dari tebing Gunung membuat Pesawat sedikit Oleng ..... betul-betul Extrim. Dan akhirnya setelah 20 menit sampailah di Bandara Ilaga Kabupaten Puncak. Turunya pesawat pun lebih terasa ngeri juga tidak seperti menaiki Pesawat Airbus dan pesawat besar,  dan akhirnya mendaratlah pesawat yang kita tumpangi di Bandara Ilaga dengan selamat , Puji syukur ku panjatkan, Alhamdulillah ya Robb....... . Kita di sambut oleh Pasukan Paskas TNI yang menjaga bandara tersebut. Dan di antar menggunakan Mobil Angkutan Umum gratis berwarna Putih seharga 3 Milyar Mitsubhisi Pajero Sport 4 WD. Kenapa bisa sampai 3 Milyar harga mobil- mobil disini ternyata harus di angkut menggunakan Helikopter. Setelah 20 menit akhirnya sampailah di penampungan kita semua barang di turunkan dan ternyata kita harus nunggu lama karena yang pegang kunci tidak ada dan sampai lama 2-3 jam kita menunggu, akhirnya di berikan tempat alternatif lain di kantor PU dan ternyata air tidak ada terpaksa kita pindah lagi di Rumah Dinas Sekertaris Daerahkita menginap satu malam dan di pindahkan lagi di Rumah Dinas yang masih baru seharga 3 Milyar kata bapak Kaswadi( sekretaris Dinas P dan P Kab. Puncak. Dengan 3 Ruang tidur dan 4 kamar mandi, tapi harus di bersihkan karena sangat kotor dan bau setelah Para Anggota Brimob  memakai rumah tersebut untuk mengamankan Perang Antar Suku yang terjadi di Ilaga belum lama ini karena Konflik Pilkada.
Hari demi hari kita hanya makan tidur tidak ada aktifitas yang berarti sambil menunggu pemberangkatan rombongan ke dua dan ketiga sampai di Ilaga dari Timika. Banyak yang bingung kita masak harus mengunakan kayu bakar kembali ke peradaban seperti nenek moyang kita dulu, yang sudah terbiasa menggunakan gas dan listrik sekarang tidak bisa lagi. Minyak tanah pun sulit harga juga mahal 1 Liter harga 50 ribu rupiah dan itu pun sudah di campur dengan Avtur sehingga kompor minyak cepat keropos atau rusak. Listrik menyala dari jam 6 sore sampai jam 3 pagi kadang 4 pagi tidak tentu, pernah juga seharian tanpa ada listrik karena bahan bakar solar habis, karena solar dari Timika terlambat datang. Sungguh di sini semuanya serba tidak pasti, penuh dengan keterbatasan. Biaya hidup cukup tinggi, tapi inilah pedalaman dimanapun juga pedalaman seperti ini. Hampir dua minggu kita hanya makan tidur dan akhirnya kita ada kegiatan Observasi ke sekolah-sekolah yang ada di Ilaga dari TK , SD, SMP, SMA dan SMK. Dan saya kejatah di SMP N 1 Ilaga. Sungguh ironi sekali pendidikan di Ilaga Ruang Guru untuk SMP, SMA dan SMK di gabung menjadi satu ruang dan maaf tidak semewah ruangan Guru yang ada di Sekolahan yang ada di Jawa, tidak ada meja dan kursinya miris sekali melihat keadaan ini, mulai pembelajaran jam 9 pagi dan jam 10 sudah istirahat setelah itu jam 11 masuk pelajaran kedua dan jam 12 pulang, sehari hanya 2 mata pelajaran karena jam 1 nanti ruang kelas di pakai oleh murid SMA dan SMK , karena tragedi perang menghancurkan sekolah SMA dan SMK sehingga harus satu atap dengan SMP. Lebih ironi lagi dalam proses belajar mengajar hanya mencatat dan mencatat saja sekelas SMP belum ada yang bisa membaca dan perkalihan serta pembagian angka, satu semester hanya mempelajari bab pertama saja, pernah saya tanya mereka sedang asyik membaca atau melihat buku paket pembelajaran IPA kelas 8 tentang materi Listrik bab 3, ad rumus  di buku tersebut tentang subab daya listrik , Rumusnya sebagai berkut :
Kalau V = 2 Volt dan I = 1 Ampere maka Daya listrik sebesar ..... watt. Mereka menjawab 1 (satu) , saya jelaskan kalau 2 di bagi satu berapa...? jawab lagi satu . Akhirnya saya punya trik, kalau ada dua Ubi di bagi satu orang maka orang tersebut dapat berapa ubi akhirnya bisa menjawab dengan betul , dia jawab dua.... he he he. Inilah gambaran nyata dari dunia pendidikan yang ada di Papua, dengan pendekatan tradisi ternyata mereka cepat paham dan semoga dengan kedatangan kita bisa memberi warna yang indah pada dunia pendidikan di Tanah Papua.
Senin, 4 Nopember 2013 pagi kita dalam puncak kejenuhan karena belum ada kejelasan di mana kita nanti di sebar dalam distrik-distrik yang ada di Kabupaten Puncak untuk mengajar, dan akhirnya kita kumpulkan semua Guru Perintis untuk berdiskusi dan hasil diskusi adalah :
1.       Kontrak kerja di bagi secepatnya.
2.       Konfirmasi Gaji Rp. *.000.000,- kita yang di Media Massa.
3.       Gaji dan Tunjangan di konfirmasi dan di perjelas di SK.
4.       Tempat tinggal bagi yang sudah atau belum berkeluarga.
5.       Stok untuk Konsumsi(Bama) kita di stok tiap bulan.
6.       Persiapan tgl 31 – 1 Desember tidak keluar rumah untuk jaga diri.
Hasil diskusi ini nanti akan disampaikan ke Bupati secara langsung dan kita bentuk koordinator perwakilan, terpilih Sigit, Asrul, Laeli, Usriadi, Rohmat dan Nur.
                Namun tidak di duga sebelumnya sore harinya ternyata Bapak Bupati dulu yang mendatangi Basecamp kita bersama dengan ajudan beliau akhirnya kita sampaikan semua hasil diskusi pagi hari bersama dengan Guru Perintis. Dan Alhamdulillah malam harinya kita mendapatkan kejelasan kapan kita di sebar ke Distrik-distrik yang ada yaitu keluarnya SK dari Bupati yang disampaikan malam harinya oleh bapak Agus dari Dinas P & P Kabupaten Puncak. Ternyata Kita di sebar ke 3 Distrik yaitu Ilaga, Beoga dan Sinak. Untuk Beoga tanggal 6 Nopember Pemberangkatanya dan Sinak tanggal 7 Nopember 2013.serta Bapak Bupati mengundang kita Makan Malam di Rumah Dinas Bupati.
                Tanggal 5 Nopember 2013, Agenda cukup Padat karena ada dua Agenda yaitu Persiapan dan Pelaksanaan Tahun Baru Hijriah bersama Masyarakat Ilaga dan Para Dokter yang ada di Ilaga khusus yang beragama Muslim dan satunya Undangan makan malam di rumah Bupati sebelumna sebagian Guru Perintis di undang untuk ikut masak-masak di rumah Bupati, maka kami bagi dari 33 GP menjadi 3 kelompok satu mempersiapkan tempat untuk acara Tahun Baru Hijriyah di Masjid Al Ikhlas, kedua Mempersiapkan makan malam di Rumah Bupati, dan yang ketiga Mempersiapkan Masakan untuk di bawa pada acara 1 Muharram 14 35 Hijriyah dan sekaligus jaga Basecamp kita. Syukur alhamdulillah semua berjalan lancar. Baik acara di Masjid dengan masyarakat, Dokter, BRIMOB, dan PASKAS TNI AU di Ilaga, dan malamnya kita setelah selesai acara di masjid sholat Magrib di temani Hujan yang cukup deras kita menghadiri undangan Bupati menuju Rumah Dinas Bupati di Perjalanan Kita melihat sekerumunan Masyarakat di dalam Gedung Olahraga sangat ramai sekali entah sedang ada Pertemuan apa tapi kita tetap jalan saja dan menyapa Masyarakat yang kita temui dengan sapaan Amole, kaunak dan selamat malam. Sesampainya di rumah bupati kita di sambut dengan kehangatan dari para tamu yang sudah hadir seperti Kapolda, Kodim, dan seluruh jajaran yang ada di Kabupaten Puncak. Alhamdulillah acara malam itu sangat berkesan bagi kami dan selanjutnya kita pulang ke Basecamp kira kira jam 10.00 Malam WIT.



PERSIAPANKU MENJADI GURU PERINTIS DI KABUPATEN PUNCAK PAPUA



PERSIAPANKU MENJADI GURU PERINTIS DI KABUPATEN PUNCAK PAPUA
OLEH : SIGIT NURROKHMAN

Selama ini saya pribadi belum pernah yang namanya bepergian ke luar Pulau jawa, setelah mendengar ada informasi guru perintis saya coba ikut dan akhirnya dari tahap seleksi administratif dan tes baik microteaching dan wawancara akhirnya saya dinyatakan lolos sebagai Guru Perintis oleh Pokja Papua Fisipol UGM. Pada saat itu saya merasa senang dan bangga atas setiap sesi yang saya ikuti akhirnya lolos , namun setelah mendekati persiapan pemberangkatan, barulah terasa hati dan pikiran berkecamuk , pusing , galau bahasa keren anak muda sekarang menyeruak di hati ini.
Dilema hati yang terus menerus sampai acara PDT sudah di mulai di Jogja, betul-betul pikiran ini kacau ,stres memuncak, kepala pusing , leher kaku dan sebagainya.... Apalagi merasakan keluarga yang saya tinggalkan Anak dan Istri tercinta, betul membuat agenda kegiatan PDT hari pertama saya tidak bisa sama sekali menikmatinya. Otak ini terasa beku darah seperti tidak mengalir dalam kepala saya..,kondisi Psikologis betul-betul Droop tingkat tinggi. Alhamdulillah banyak teman-teman yang sama dari berbagai penjuru Indonesia yang sama sebagai Guru Perintis memberikan Support yang tidak ada habisnya kepada saya pribadi. Sehingga ketenangan hati ini mulai muncul walau hanya sedikit demi sedikit.
Dengan berjalannya waktu pada pelaksanaan PDT mulai kekhawatiran yang ada pada diri berangsur-angsur berkurang dan terus berkurang. Makan sudah mulai bisa merasakan nikmat serta mulai pergaulan dengan sesama Guru Perintis yang satu asrama mulai cair dan saling mengenal sehingga pikiran kalut, kacau dan sebagainya mulai hilang dalam benak hati dan otak ini. Pada hari PDT yang kedua mulailah ada agenda sesi dari Dinas pendidikan kabupaten Puncak, beliau mempresentasikan keadaan sebenarnya di Kabupaten puncak yang belum lama ini ada tragedi berdarah yaitu Kerusuhan atau perang antar suku yang terjadi di Kabupaten Puncak , sungguh sangat ironi , yang pada awalnya adalah pesta rakyat dalam berdemokrasi dalam ajang PILKADA Kab.Puncak yang pertama. Pesta yang seharusnya merupakan acara yang menyenangkan karena rakyat di beri kuasa penuh untuk memilih pemimpin di daerahnya sendiri, namun di cemari dengan pertikaian dan Perang antar suku sehingga semua fasilitas pemerinta seperti gedung dan fasilitas pendidikan hancur lebur di rusak oleh warganya sendiri, untuk apa...??? hanya untuk Tameng dalam melakukan perang antar suku, seperti atap seng, lemari, pintu , dinding sampai pada papan tulis di ambil hanya untuk tameng dalam berperang. Ada cerita lucu di balik peperangan yang terjadi pada saat itu, ada sebagian warga yang mengambil Papan Pengumuman yang ada tulisannya”Harap Tenang Ada Tes/Ujian” , tapi papan tersebut yang tulisan seperti di depan belum terhapus tapi di ambil oleh warga sebagai tameng pada saat terjadi konflik perang tersebut. Nah inilah yang menjadi Ironi bagi pemerintah dan Praktisi pendidikan yang ada di Kabupaten Puncak. Pemerintah yang sebenarnya sudah berusaha semaksimal mungkin menyediakan fasilitas untuk masyarakat kabupaten Puncak dengan anggaran yang tidak sedikit dan waktu yang lama, namun dalam sekejap hancur oleh tangan-tangan warganya yang tidak atau belum paham makna dari  fasilitas yang sudah di bangun oleh pemerintah setempat.
Akhirnya Pendidikan di kabupaten Puncak semakin terpuruk, oleh tangan mereka sendiri. Untuk itu Agenda awal dari Saya mengikuti Guru Perintis setelah sampai di lokasi adalah membentuk Organisasi dan kepengurusan yang jelas antar sesama Guru Perintis agar koordinasi di lapangan baik dengan Panitia Pokja UGM yang merekruet Guru Perintis, Pemerintahan daerah serta semua Pegiat yang ikutserta bersama sama ngin memajukan Papua dengan tulus Ikhlas. Dan selanjutnya melakukan Observasi secara menyeluruh apa sebenarnya pokok permasalahan yang ada di Kabupaten Puncak , kita ambil sampel paling tidak satu distrik yaitu Ilaga. Setelah Itu kita rumuskan bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada , sambil di komunikasikan dengan Dinas dan pemerintahan terkait, dan ingat setiap suatu daerah paling tidak sudah mempunyai Renstra baik jangka pendek menengah dan jangka panjang, kita sinergikan dengan Program pemerintahan dan dinas terkait yang ada di Kabupaten puncak. Barulah kita membuat kesimpulan dan mulailah Action untuk berkembangnya dunia pendidikan di Kabupaten Puncak. Mungkin ini agenda saya secara pribadi pasti banyak sekali kekurangan, untuk itu saya pribadi mohon maaf atas keterbatasan perencanaan yang akan kami buat pada saat awal-awal Guru Perintis sampai di tanah tercinta bumi Papua Negara Indonesia yang kita cintai ini.

Pemberangkatan Guru Perintis Menuju Papua

Foto bersama dengan Rektor UGM dan Bupati Puncak di Balairung UGM
Persiapan pemberangkatan Guru Perintis di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta

Anak tercinta mengantar Abinya dari Cemara Lima UGM

Cek In di Airport Adisucipto Yogyakarta

Cemara Lima Recident UGM,tempat kita menginap pada acara PDT

Bersiap terbang di dalam pesawat bersama Selfi Okowali dari Wamena Papua menuju Timika Papua